Nama : BA
Ekor : -/+ 21cm
Usia : 2x Mabung
Spesifikasi :
- Kaki masih Merah Basah
- Bodi Porposional
- Ekor Panjang
- Bisa di goda
- Volume diatas rata-rata
- Medan Muda Hutan
Isian Menonjol :
- Kenarian
- Love Bird
- Kapas Tembak
- Gereja Tarung
- dan besetan-besetan lainnya
KOLEKSI INDUKAN PRODUKSI
Klik disini untuk melihat-lihat koleksi kami, beberapa koleksi Indukan di peternakan kami.
Tuesday, 27 November 2012
Koleksi Indukan Produksi
Ini adalah indukan produksi yang ada di penangkaran kami.
Jantan : RAMBO
Ekor : -/+ 19cm
Rambo kami tangkarkan karena karakter tempur dan mentalnya yang sangat baik, dan memiliki sifat yang tidak begitu galak.
Rambo juga memiliki sifat senang di goda.
Betina : Juliet
Ekor : -/+ 15cm
RING : CRM
Juliet adalah betina hasil dari penangkaran seorang teman, dengan karakter mental yang sangat baik.
Saat ini RAMBO dan JULIET di nobatkan sebagai pasangan di penangkaran kami
Jantan : RAMBO
Ekor : -/+ 19cm
Rambo kami tangkarkan karena karakter tempur dan mentalnya yang sangat baik, dan memiliki sifat yang tidak begitu galak.
Rambo juga memiliki sifat senang di goda.
Betina : Juliet
Ekor : -/+ 15cm
RING : CRM
Juliet adalah betina hasil dari penangkaran seorang teman, dengan karakter mental yang sangat baik.
Saat ini RAMBO dan JULIET di nobatkan sebagai pasangan di penangkaran kami
Koleksi Murai Betina
Casandra adalah salah satu koleksi murai betina yang ada di peternakan kami, Casandra adalah burung murai betina yang sangat lenje dan mempunya volume yang sangat tebal dan kasar.
Casandra Betina Murai Batu yang sangat siap jadi indukan, dengan panjang ekor -+ 15cm diharapkan dapat memberikan keturunan yang sangat bagus.
Casandra Betina Murai Batu yang sangat siap jadi indukan, dengan panjang ekor -+ 15cm diharapkan dapat memberikan keturunan yang sangat bagus.
Friday, 9 November 2012
Menangkar Gould Amadin
Menangkar gould amadin dalam sangkar
Gould amadin dikenal sebagai burung pipit tercantik di dunia. Penggemarnya bukan hanya pria, tetapi juga kaum hawa. Usaha penangkaran gould amadin memiliki prospek cerah, apalagi nilai jualnya tinggi. Anda pun bisa menangkarkannya, hanya menggunakan sangkar biasa.
SANGKAR PENANGKARAN GOULD AMADIN
Sebenarnya Jamal juga memelihara gould amadin dalam kandang soliter (satu kandang untuk satu pasangan) di samping rumahnya. Karena kewalahan memenuhi permintaan pasar, ia pun menambah indukan. Ketiadaan tempat membuatnya harus memilih sangkar sebagai kandang tambahan.
Sangkar yang digunakannya berukuran 40 cm x 40 cm, tinggi 60 cm. Di dalam sangkar, bagian atas, terdapat kotak sarang ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Kotak sarang bisa dibuat dari bahan tripleks atau papan. Bagian depannya diberi lubang pintu untuk keluar-masuk burung. Adapun pada kedua sisinya diberi lubang kecil (3-4) untuk sirkulasi udara.
Cara Menangkar Gelatik Jawa
Cara mudah menangkarkan gelatik jawa
Setelah membaca artikel Om Kicau terdahulu mengenai burung gelatik jawa, mungkin Anda makin tertarik dengan burung ini dan berniat menangkarkannya. Sekarang Om Kicau akan memberikan panduan dan tips penangkaran gelatik jawa yang notabene merupakan burung asli dari Pulau Jawa.
Langkah pertama, tentu saja harus memiliki minimal sepasang burung gelatik jawa (Padda oryzivora) dewasa atau siap kawin. Pastikan burung betina berusia 1 tahun lebih, agar kualitas anakan lebih terjamin dan jumlah telur mencapai standar, yaitu 5-6 butir per periode peneluran.
Selain itu, pilihlah pasangan induk yang dalam keadaan tidak mabung atau menunjukkan tanda-tanda akan mabung.
Induk yang siap kawin bisa dilihat dari perilakunya. Induk jantan, misalnya, akan sering berkicau dan lebih aktif di dalam kandang. Kedua induk akan merobek kertas koran yang kita sediakan di lantai kandangnya.
Salah satu karakteristik menyolok dari gelatik jawa adalah penampilannya yang menjadi rapi, bulu-bulu menjadi rapat dan mulus, ketika berada dalam kondisi berkembang biak.
Langkah kedua, menyiapkan kandang. Tak ada batasan mengenai penggunaan kandang yang cocok. Model kandang bisa berupa kandang soliter (untuk sepasang induk), kandang koloni / ombyokan (untuk beberapa pasangan induk), maupun kandang aviary / umbaran terbuka.
Rangka kandang pun bisa terbuat dari besi atau kayu. Yang penting adalah kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya selama masa berkembang biak tersebut.
KANDANG SISTEM KOLONI
Burung malurus belajar ngoceh sejak di dalam telur
Burung malurus belajar ngoceh sejak di dalam telur
Spesies burung Malurus cyaneus merupakan salah satu jenis burung pengicau paling fenomenal. Selain cantik dan punya kicauan bagus, burung endemik Australia ini sudah belajar ngoceh sejak di dalam telur, atau ketika masih berujud embrio.
Hal ini diketahui setelah Sonia Kleindorfer, pengamat perilaku hewan di Flinders University, Adelaide, melakukan penelitian bersama timnya selama beberapa bulan terhadap burung yang memiliki nama internasional Superb Fairy-wren itu.
Burung di kota lebih pasrah dan penakut daripada di desa
Burung di kota lebih pasrah dan penakut daripada di desa
Rekan-rekan pelihara burung? Tinggal di kota atau di desa? Beruntunglah bagi yang tinggal di desa, karena burung-burung yang tinggal di desa konon lebih agresif dan atraktif daripada burung sejenis yang dipelihara di kota. Ini nggak ngarang, tetapi begitulah hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Animal Behaviour belum lama ini.
Dua peneliti, yaitu Juan Diego Ibanez-Alamo (Universitas Granada, Spanyol )dan Anders Pape Moller (Paris-Sud University, Prancis), mengamati teknik melarikan diri 1.132 ekor burung dari 15 spesies yang tinggal di berbagai kawasan kota dan pedesaan.

Penelitian ini berangkat dari hipotesa bahwa burung ketika berhadapan dengan predator alami mereka pasti melarikan diri. Burung yang tinggal di desa diasumsikan masih menghadapi predator alami, misalnya burung karnivora yang berpostur lebih besar (misalnya elang dan gagak), atau binatang buas yang masih berkeliaran. Sebaliknya, burung yang tinggal di kota menghadapi predator baru, terutama kucing.
Untuk mengamati fenomena ini, Ibanez-Alamo dan Moller mengamati teknik melarikan diri burung-burung yang di berbagai kawasan kota dan pedesaan. Hasilnya, seperti dipublikasikan jurnal Animal Behaviour, memang terjadi perubahan perilaku burung saat menghadapi ancaman dari predator alami di desa dan predator baru di kota.
“Ketika tertangkap predator, burung-burung kota akan bersikap lebih pasrah, tidak agresif. Mereka lebih banyak mengeluarkan tanda bahaya, namun tetap lebih lumpuh saat diserang oleh predator dan kehilangan banyak bulunya dibandingkan dengan spesies burung yang sama namun tinggal di pedesaan,” kata Ibanez-Alamo.
Yang mengejutkan, kata dia, urbanisasi juga berdampak langsung terhadap perbedaan perilaku antara burung-burung tersebut. Dalam hal ini, burung yang lebih lama tinggal di kota cenderung berubah menjadi penakut jika dibandingkan dengan burung yang baru saja tiba dari desa.
Hal ini mengindikasikan bahwa strategi melarikan diri berkembang bersama dengan perluasan kawasan kota. Kenyataan ini diyakini kedua peneliti itu terjadi di seluruh belahan dunia.
Sama seperti habitat sebagian besar hewan dan tumbuhan, habitat burung juga berubah dan makin terpecah-pecah. Ibanez-Alamo menyarankan adanya upaya agar burung bisa beradaptasi terhadap perubahan di habitat mereka, sehingga menjadi lebih reaktif saat menerima ancaman demi kelestarian burung-burung itu sendiri.
Hasil penelitian ini memang sangat berguna untuk burung-burung yang hidup di kota, tetapi dalam konteks masih di alam bebas. Untuk burung yang dipelihara atau ditangkarkan, saya berpendapat bahwa perawatan intensif dan perawatan dengan penuh kasih-sayang terhadap burung sebenarnya sudah merupakan upaya positif sebagaimana dianjurkan kedua peneliti tersebut. Terbukti, mereka mampu berkicau dengan indah di rumah, apalagi di arena lomba. Bagaimana pendapat Om dan Tante?
sumber
Rekan-rekan pelihara burung? Tinggal di kota atau di desa? Beruntunglah bagi yang tinggal di desa, karena burung-burung yang tinggal di desa konon lebih agresif dan atraktif daripada burung sejenis yang dipelihara di kota. Ini nggak ngarang, tetapi begitulah hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Animal Behaviour belum lama ini.
Dua peneliti, yaitu Juan Diego Ibanez-Alamo (Universitas Granada, Spanyol )dan Anders Pape Moller (Paris-Sud University, Prancis), mengamati teknik melarikan diri 1.132 ekor burung dari 15 spesies yang tinggal di berbagai kawasan kota dan pedesaan.
Penelitian ini berangkat dari hipotesa bahwa burung ketika berhadapan dengan predator alami mereka pasti melarikan diri. Burung yang tinggal di desa diasumsikan masih menghadapi predator alami, misalnya burung karnivora yang berpostur lebih besar (misalnya elang dan gagak), atau binatang buas yang masih berkeliaran. Sebaliknya, burung yang tinggal di kota menghadapi predator baru, terutama kucing.
Untuk mengamati fenomena ini, Ibanez-Alamo dan Moller mengamati teknik melarikan diri burung-burung yang di berbagai kawasan kota dan pedesaan. Hasilnya, seperti dipublikasikan jurnal Animal Behaviour, memang terjadi perubahan perilaku burung saat menghadapi ancaman dari predator alami di desa dan predator baru di kota.
“Ketika tertangkap predator, burung-burung kota akan bersikap lebih pasrah, tidak agresif. Mereka lebih banyak mengeluarkan tanda bahaya, namun tetap lebih lumpuh saat diserang oleh predator dan kehilangan banyak bulunya dibandingkan dengan spesies burung yang sama namun tinggal di pedesaan,” kata Ibanez-Alamo.
Yang mengejutkan, kata dia, urbanisasi juga berdampak langsung terhadap perbedaan perilaku antara burung-burung tersebut. Dalam hal ini, burung yang lebih lama tinggal di kota cenderung berubah menjadi penakut jika dibandingkan dengan burung yang baru saja tiba dari desa.
Hal ini mengindikasikan bahwa strategi melarikan diri berkembang bersama dengan perluasan kawasan kota. Kenyataan ini diyakini kedua peneliti itu terjadi di seluruh belahan dunia.
Sama seperti habitat sebagian besar hewan dan tumbuhan, habitat burung juga berubah dan makin terpecah-pecah. Ibanez-Alamo menyarankan adanya upaya agar burung bisa beradaptasi terhadap perubahan di habitat mereka, sehingga menjadi lebih reaktif saat menerima ancaman demi kelestarian burung-burung itu sendiri.
Hasil penelitian ini memang sangat berguna untuk burung-burung yang hidup di kota, tetapi dalam konteks masih di alam bebas. Untuk burung yang dipelihara atau ditangkarkan, saya berpendapat bahwa perawatan intensif dan perawatan dengan penuh kasih-sayang terhadap burung sebenarnya sudah merupakan upaya positif sebagaimana dianjurkan kedua peneliti tersebut. Terbukti, mereka mampu berkicau dengan indah di rumah, apalagi di arena lomba. Bagaimana pendapat Om dan Tante?
sumber
Monday, 2 January 2012
Love Bird Koleksi
Berikut beberapa koleksi kami yanf ingin kami lepas, bagi yang berminat bisa menghubungi staff kami.







Subscribe to:
Posts
(
Atom
)